Himalayapost.id – Anton de Kom adalah seorang tokoh penting dalam sejarah perjuangan melawan penindasan kolonial di Suriname. Lahir pada 22 Februari 1898 di Paramaribo, ibu kota Suriname yang saat itu masih berada di bawah pemerintahan kolonial Belanda, De Kom tumbuh dalam lingkungan yang dipenuhi dengan ketidaksetaraan dan ketidakadilan.
De Kom tumbuh dalam kesadaran akan ketidakadilan yang dialami oleh penduduk asli Suriname dan orang-orang keturunan Afrika.
Pemerintahan kolonial Belanda menjalankan praktik penindasan yang merampas hak-hak dasar penduduk setempat. Semangat perlawanan dan keadilan tumbuh dalam diri De Kom sejak dini, mendorongnya untuk belajar lebih dalam tentang sejarah dan politik.
Pada tahun 1933, De Kom ditangkap oleh pemerintah kolonial Belanda karena aktivitasnya yang kritis terhadap penindasan. Ia dituduh menghasut dan mengganggu ketertiban umum.
Penangkapannya adalah bagian dari upaya otoritas kolonial untuk meredam suara-suara kritis yang menyuarakan perlawanan terhadap kebijakan kolonial.
Setelah ditahan, De Kom diasingkan ke Belanda bersama keluarganya pada tahun 1934. Meskipun berada di pengasingan, semangat perlawanannya tidak padam.
Ia terus berjuang melalui tulisan-tulisannya yang kritis terhadap kolonialisme dan penindasan. Karya-karyanya, seperti “Wij slaven van Suriname” (Kita Budak Suriname), menjadi manifestasi dari perlawanan terhadap penindasan dan upaya membangkitkan kesadaran akan identitas dan martabat rakyat Suriname.
Setelah Perang Dunia II berakhir pada tahun 1945, De Kom kembali ke Suriname dengan harapan untuk berkontribusi pada perjuangan menuju kemerdekaan.
Namun, harapannya bertemu dengan kenyataan pahit. Pemerintah kolonial masih terus berkuasa dan menekan upaya-upaya perlawanan. De Kom dan para aktivis lainnya menghadapi tantangan besar dalam menciptakan perubahan yang diinginkan.
Tekanan politik dan psikologis yang dihadapi oleh De Kom dan para aktivis lainnya menjadi semakin berat. Pada tanggal 24 April 1945, Anton de Kom mengambil keputusan tragis untuk mengakhiri hidupnya. Ia bunuh diri di sebuah rumah sakit jiwa di Amsterdam, Belanda. Kepergiannya meninggalkan luka mendalam bagi pergerakan perlawanan di Suriname.
Warisan De Kom tetap hidup meskipun ia telah tiada. Karyanya dan semangat perjuangannya terus memotivasi generasi-generasi berikutnya dalam melawan penindasan, memperjuangkan hak asasi manusia, dan meraih kemerdekaan.
Pada tahun 2006, Anton de Kom dianugerahi gelar pahlawan nasional oleh pemerintah Suriname sebagai pengakuan atas perjuangannya yang tak kenal lelah.
Dalam sebuah perjalanan hidup yang singkat, Anton de Kom menginspirasi banyak orang dengan tekadnya dalam melawan penindasan dan ketidakadilan. Ia membuktikan bahwa suara individu yang berani dapat menginspirasi perubahan besar dalam masyarakat. (Ly)