Himalayapost.id – Amerika Serikat (AS) sedang mempertimbangkan kembali bantuan militer yang diberikan kepada Israel dan Ukraina, dua sekutu utamanya yang sedang berkonflik dengan musuh-musuhnya.
Menurut laporan terbaru, AS telah memberikan bantuan militer sebesar $3,8 miliar untuk Israel dan $250 juta untuk Ukraina pada tahun 2022. Bantuan ini berupa senjata, amunisi, peralatan, dan pelatihan militer. Bantuan ini dimaksudkan untuk membantu Israel melawan Hamas di Jalur Gaza dan Ukraina melawan Rusia di wilayah timur dan selatan.
Namun, bantuan ini juga menimbulkan kontroversi dan kritik dari berbagai pihak, baik di dalam maupun di luar AS.
Selain itu, bantuan ini juga menimbulkan masalah bagi keuangan AS sendiri, yang sedang mengalami defisit anggaran yang sangat besar akibat dampak pandemi COVID-19 dan perang dagang dengan China.
Menurut data terbaru, defisit anggaran AS pada tahun 2022 mencapai $3,1 triliun, atau sekitar 14,9% dari produk domestik bruto (PDB) AS. Defisit ini merupakan yang terbesar sejak Perang Dunia II, dan diperkirakan akan terus meningkat pada tahun-tahun mendatang.
Oleh karena itu, banyak pihak dari pemerintahan yang mendesak AS untuk mengurangi atau menghentikan bantuan militer kepada Israel dan Ukraina, dan mengalokasikan dana tersebut untuk kepentingan dalam negeri, seperti kesehatan, pendidikan, infrastruktur, dan perlindungan lingkungan.
Mereka juga menyarankan AS untuk lebih aktif dalam mendorong solusi damai dan diplomatis bagi konflik-konflik yang melibatkan Israel dan Ukraina, serta menghormati hak-hak dan kepentingan semua pihak yang terlibat .
Presiden AS Joe Biden mengatakan bahwa ia akan mempertimbangkan semua opsi yang ada terkait bantuan militer kepada Israel dan Ukraina, dan akan mengambil keputusan yang terbaik bagi kepentingan nasional AS dan sekutu-sekutunya. (Ly)