Himalayapost.id – China mengumumkan kenaikan anggaran militer sebesar 7,2 persen menjadi 1,67 triliun yuan (sekitar Rp 3,7 kuadriliun) pada tahun 2024, sebagai bagian dari rencana untuk memperkuat kemampuan pertahanan dan keamanan nasionalnya.
Anggaran militer China adalah yang kedua terbesar di dunia setelah Amerika Serikat, meskipun ada dugaan bahwa angka resmi tidak mencerminkan seluruh pengeluaran militer Beijing.
Peningkatan anggaran militer tahun ini mengikuti tren pertumbuhan yang stabil dalam beberapa tahun terakhir, yang mencerminkan ambisi China untuk menjadi kekuatan militer global yang setara dengan AS. Menurut data resmi, anggaran militer China meningkat 7,2 persen pada tahun 2023, 7,1 persen pada tahun 2022, 6,8 persen pada tahun 2021, 6,6 persen pada tahun 2020, dan 7,5 persen pada tahun 2019.
Anggaran militer China digunakan untuk membiayai berbagai program modernisasi, seperti pengembangan senjata nuklir, rudal balistik, kapal induk, pesawat siluman, satelit, dan teknologi cyber. China juga meningkatkan kehadiran dan aktivitasnya di wilayah-wilayah yang disengketakan, seperti Laut China Selatan, Laut China Timur, Taiwan, dan perbatasan India.
Pengumuman anggaran militer tahun ini datang di tengah penyelidikan anti-korupsi yang dilakukan oleh Presiden China Xi Jinping, yang telah menyingkirkan sejumlah pejabat tinggi militer. Pada tahun lalu, beberapa jenderal dari Tentara Pembebasan Rakyat (PLA), termasuk mantan Menteri Pertahanan Li Shangfu, diberhentikan atau dipenjara karena tuduhan korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, atau pelanggaran disiplin.
Penyelidikan anti-korupsi ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, profesionalisme, dan loyalitas militer China, serta untuk menghapus pengaruh faksi-faksi yang berseberangan dengan Xi. Xi, yang juga menjabat sebagai ketua Komisi Militer Pusat, telah memperkuat kendalinya atas PLA dan mengeluarkan seruan untuk membangun militer yang “kuat, modern, dan revolusioner”. (Ly)