Himalayapost.id – Dalam sebuah insiden tragis di Khan Younis, Jalur Gaza Selatan, seorang komandan muda Pasukan Pertahanan Israel (IDF) tewas dalam sebuah serangan udara yang seharusnya diarahkan ke target musuh.
Insiden ini terjadi pada Senin, 19 Agustus 2024, ketika rudal yang diluncurkan oleh jet tempur Angkatan Udara Israel (IAF) secara tidak sengaja menghantam sebuah apartemen yang ditempati oleh pasukan Israel.
Korban tewas dalam insiden ini adalah Letnan Shahar Ben Nun, seorang perwira militer berusia 21 tahun yang menjabat sebagai komandan tim pada unit pengintaian Brigade Pasukan Terjun Payung Israel.
Kematian Shahar tidak hanya meninggalkan duka mendalam bagi keluarga dan rekan-rekannya, tetapi juga menimbulkan pertanyaan serius mengenai prosedur dan keamanan dalam operasi militer Israel di wilayah konflik.
Menurut laporan dari The Jerusalem Post, rudal yang diluncurkan oleh jet tempur IAF seharusnya menghantam target yang berada sekitar 300 meter dari posisi pasukan Israel. Namun, karena kesalahan teknis, rudal tersebut justru mengenai apartemen yang ditempati oleh pasukan IDF, mengakibatkan tewasnya Letnan Shahar Ben Nun dan melukai enam tentara lainnya.
IAF segera melakukan penyelidikan atas insiden ini dan menemukan bahwa kegagalan tersebut diakibatkan oleh kerusakan pada sistem navigasi bom. Meskipun sudah ada prosedur standar operasi (SOP) yang ketat, kejadian ini menunjukkan bahwa risiko tetap ada dalam setiap operasi militer, terutama di wilayah dengan medan yang kompleks seperti Jalur Gaza.
Setelah kematiannya, Letnan Shahar Ben Nun secara anumerta dinaikkan pangkatnya dari Letnan Dua menjadi Letnan sebagai bentuk penghormatan atas dedikasi dan pengabdiannya kepada negara. Kenaikan pangkat anumerta ini merupakan tradisi di kalangan militer Israel sebagai penghormatan terakhir kepada mereka yang gugur dalam menjalankan tugas.
Insiden ini menambah panjang daftar insiden tragis yang terjadi di wilayah konflik, khususnya di Jalur Gaza. Wilayah ini telah menjadi medan pertempuran antara Israel dan kelompok militan Palestina selama bertahun-tahun.
Kejadian seperti ini juga menyoroti pentingnya evaluasi terus-menerus terhadap taktik dan teknologi yang digunakan dalam operasi militer untuk meminimalkan risiko terhadap pasukan dan warga sipil. (end)