Himalayapost.id – Minggu,19 Mai 2024, helikopter yang membawa Presiden Iran, Ebrahim Raisi, mengalami kecelakaan bersama dengan Menteri Luar Negeri Iran, Hossein Amir-Abdollahian, dan beberapa pejabat serta pengawal. Kecelakaan tersebut terjadi ketika helikopter melintasi daerah pegunungan dalam kabut tebal.
Tim penyelamat menemukan lokasi kecelakaan pada hari Senin 20 Mai 2024, dekat perbatasan dengan Azerbaijan, sekitar 603 km dari ibu kota Iran, Tehran. Sayangnya, tidak ada tanda-tanda kehidupan di lokasi kecelakaan.
Israel telah mengingkari keterlibatan dalam kematian Presiden Iran akibat kecelakaan helikopter ini. Seorang pejabat Israel yang meminta anonimitas mengatakan kepada Reuters.
“Bukan kami yang terlibat.” Perlu dicatat bahwa Israel dan Iran telah menjadi musuh sejak Revolusi Islam tahun 1979, dan Iran mendukung militan Palestina Hamas dengan senjata, pelatihan, dan dukungan dalam perjuangan mereka melawan Israel.
Ebrahim Raisi, yang berusia 63 tahun, dikenal sebagai seorang garis keras di negaranya dan diberi julukan “pembantai Tehran” karena perannya dalam menghukum ribuan tahanan Iran hingga mati pada tahun 1988. Pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, yang memegang kekuasaan di Iran, sebelumnya menyatakan: “Tidak akan ada gangguan dalam urusan negara Iran.” Raisi sebelumnya dianggap sebagai calon pengganti masa depan sebagai pemimpin tertinggi.
Kematian Raisi dan Amir-Abdollahian tidak diharapkan akan berdampak signifikan pada Israel atau kebijakan Israel terhadap Republik Islam. Namun, konsekuensi potensial tergantung pada siapa yang akan menggantikan presiden Iran.
Salah satu kemungkinan adalah kembalinya Mahmoud Ahmadinejad, yang menjabat sebagai presiden keenam Iran dari tahun 2005 hingga 2013 dan dianggap sebagai musuh Israel.
Keputusan tentang Israel tetap berada di tangan Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei, yang memiliki peran kunci dalam program nuklir dan kampanye teror terhadap Israel. Kematian Raisi tidak akan mengubah situasi menjadi lebih baik atau lebih buruk bagi Israel. Namun, kematian pejabat Iran dapat mendorong oposisi di Iran untuk memanfaatkan transisi kepemimpinan dan meningkatkan ketidakstabilan di negara tersebut. (Ly)