Himalayapost.com – Solok, sebuah kawasan pertanian yang subur di Indonesia, saat ini menghadapi tantangan serius akibat kekeringan yang menghantam daerah Jorong Tabek Panjang, Koto Gaek Guguak, Kabupaten Solok.
Kolam besar yang dikenal oleh masyarakat setempat sebagai Tabek Panjang, yang sebelumnya menjadi sumber penting irigasi untuk lahan persawahan selama bertahun-tahun, kini mengalami penurunan debit air yang signifikan. Hal ini memicu kekeringan yang telah berlangsung selama satu tahun lamanya, mengakibatkan dampak ekonomi yang merugikan masyarakat petani.
Pertanian adalah tulang punggung perekonomian daerah ini, dengan lahan persawahan seluas kurang lebih 98 hektar yang bergantung pada air dari Tabek Panjang sebagai sumber irigasi.
Namun, saat ini lahan-lahan tersebut mengering, dan hasil panen pun menurun drastis. Masyarakat yang telah mengandalkan pertanian sebagai mata pencaharian utama mereka, terpaksa mengambil tindakan adaptasi dengan beralih ke tanaman lain seperti ketela rambat atau ubi, yang lebih tahan terhadap kondisi kekeringan.
Pertanyaan yang muncul adalah apakah situasi ini merupakan dampak dari fenomena alam El Niño atau terdapat faktor lain dalam terjadinya kekeringan yang sedang dihadapi oleh masyarakat Tabek Panjang.
El Niño, suatu pola iklim global yang terjadi ketika suhu permukaan air di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur menjadi lebih hangat dari biasanya, dapat mempengaruhi pola cuaca di seluruh dunia.
Salah satu dampak umum El Niño adalah penurunan curah hujan di beberapa daerah, yang dapat menyebabkan kekeringan dan gangguan pada pertanian. Namun, untuk memastikan apakah situasi di Tabek Panjang adalah akibat dari El Niño, diperlukan analisis lebih mendalam dan data cuaca yang akurat untuk wilayah tersebut.
Selain El Niño, faktor lain seperti perubahan pola curah hujan lokal, pengelolaan air yang tidak optimal, serta perubahan lingkungan dapat juga memiliki dampak signifikan pada ketersediaan air untuk irigasi. Perubahan penggunaan lahan di daerah sekitar, deforestasi, dan penurunan kualitas air juga dapat mempengaruhi aliran air ke Tabek Panjang.
Dinas terkait perlu segera mengambil langkah-langkah untuk mengatasi dampak kekeringan tersebut. Ini dapat melibatkan langkah-langkah seperti pengelolaan air yang lebih efisien, pengembangan sumber air alternatif, serta penyediaan sistem irigasi yang lebih baik.
Selain itu, monitoring iklim dan cuaca yang lebih baik dapat membantu dalam mengidentifikasi apakah kekeringan ini terkait dengan fenomena El Niño atau faktor-faktor lain.
Dalam situasi sulit ini, kolaborasi antara dinas terkait, masyarakat, dan ahli iklim sangat penting untuk menemukan solusi yang berkelanjutan dan melindungi mata pencaharian masyarakat pertanian Tabek Panjang. (Ly)