Himalayapost.id – Cuaca ekstrem kembali melanda beberapa wilayah di Provinsi Sumatera Barat. Akibatnya, sejumlah ruas jalan dan jembatan penghubung antara kabupaten dan kota terputus. Urat nadi perekonomian masyarakat terhenti, karena bencana alam yang datang berturut-turut.
Kabupaten Tanah Datar baru-baru ini mengalami banjir bandang, air bah, dan galodo yang disertai lahar dingin dari Gunung Merapi. Kejadian ini menyebabkan sungai dan anak sungai meluap hingga ke jalan-jalan, merusak jembatan, menimbun ratusan hektar sawah dengan lumpur dan batu besar, serta menyebabkan longsor di beberapa titik. Akibatnya, akses jalan menjadi lumpuh total.
Sementar itu, Kabar duka datang dari Sitinjau Lauik, dimana pada Minggu sore, 12 April 2024, menjelang magrib, sebuah tanah longsor telah merenggut nyawa pengendara yang melintasi jalan Nasional yang dikenal rawan longsor. Tragedi ini mengingatkan kita semua bahwa bencana yang terjadi merupakan ujian bagi kita untuk saling mengintrospeksi diri. Peristiwa yang melanda negeri ini, seringkali merupakan hasil dari tindakan kita sendiri. Ini menjadi renungan bagi kita untuk kembali kepada Sang Pencipta.
Bupati Tanah Datar, Eka Putra, telah menjelaskan kondisi terkini setelah bencana banjir lahar dingin dan tanah longsor yang disertai galodo dan air bah pada Sabtu, 11 Mei 2024. Saat ini, berbagai upaya telah dilakukan oleh Pemerintah Daerah bersama tim dalam pencarian 29 orang korban yang masih belum ditemukan.
“Untuk mencari korban hilang yang belum ditemukan, kami dibantu oleh Basarnas, TNI, Polri, relawan, masyarakat dan lainnya. Dan untuk melakukan pencarian selain manual kami juga menggunakan drone ternal, tujuannya tentu untuk memudahkan pencarian,” ujar Bupati.
Dikatakannya, pasca bencana banjir lahar dingin, longsor dan air bah, saat ini ada warga yang berada di pengungsian dan jumlahnya cukup banyak.
“Di Kabupaten Tanah Datar saat ini jumlah warga yang mengungsi sebanyak 2.500 orang, semuanya kami tampung dan kami sediakan tenda. Kami juga sudah mendirikan dapur umum untuk membantu para pengungsi,” tambahnya.
Selain itu, Bupati Eka Putra juga memaparkan bahwa akibat bencana tersebut sekitar rumah warga yang rusak berat sebanyak 84 unit, rusak sedang 125 unit dan rusak ringan 17 unit.
Sebanyak 6 unit rumah warga telah hanyut terbawa arus, 27 jembatan mengalami kerusakan, 1 unit fasilitas pendidikan, 1 tempat ibadah, dan 33 unit irigasi rusak akibat bencana. Menurut Bupati, lahan pertanian yang rusak akibat terjangan air mencapai sekitar 150 hektare, dan 41 ekor ternak, termasuk sapi dan kambing, juga hanyut.
Bupati Tanah Datar, Eka Putra, melaporkan bahwa jumlah korban meninggal dunia akibat bencana alam ini berjumlah 19 orang, dengan 20 orang mengalami luka-luka, dan 14 orang masih dinyatakan hilang. Kendaraan bermotor roda empat yang hanyut terbawa arus berjumlah 46 unit, sementara kendaraan roda dua berjumlah 115 unit, dan pencarian masih terus berlangsung.
Sementara, Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto menyarankan agar Gubernur Sumatera Barat mengeluarkan status tanggap darurat terkait bencana alam yang melanda beberapa kabupaten/kota yang berada di sekitar Gunung Marapi.
Dia juga mengatakan beberapa langkah yang harus segera dilakukan, diantaranya korban yang meninggal dunia segera diberikan hak-haknya dan korban hilang harus betul-betul dicari dan ditemukan maksimal dalam 6 hari ke depan.
“Intinya, kebutuhan masyarakat harus kita penuhi sesuai dengan kebutuhan yang ada di lapangan. Tidak hanya masyarakat, termasuk seluruh tim yang bekerja di lapangan,” katanya.
Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto juga menyerahkan bantuan Dana Siap Pakai Dukungan Operasional Penanganan Darurat Bencana sebesar Rp. 250 juta dan Dana Siap Pakai Dukungan Logistik dan Peralatan (DSP) Bencana berupa Tenda Pengungsi, Tenda Keluarga, Sembako, Makanan Siap Saji, Terpal, Selimut, Kasur Lipat, Genset dll untuk korban bencana banjir lahar. (NT)