Himalayapost.id – Dalam sebuah desa kecil yang bernama Jawi Jawi, lahir seorang wanita bernama Ema. Beliau tumbuh menjadi wanita yang bijaksana dan penuh kasih, dan pada usianya yang saat ini telah mencapai 69 tahun, Ema telah menjalani banyak fase hidup yang tak terlupakan.
Saat masih muda, Ema tinggal di desa Gurun Sikaladi, di mana dia mengasuh seorang anak bernama Edisar.
Edisar adalah seorang anak yang tinggal bersama orang tuanya di desa Gurun Sikaladi, dan pada saat itu, usianya baru mencapai empat tahun. Ema merawat dan mendidik Edisar dengan penuh cinta dan perhatian, memberinya landasan yang kuat untuk masa depannya.
Namun, takdir membawa perubahan dalam hidup Ema dan Edisar. Ketika Edisar berusia enam tahun, mereka berdua harus berpisah, karena keluarga Edisar pindah ke kota Padang pada tahun 1967. Sejak saat itu, mereka tidak pernah bertemu lagi, dan perpisahan itu meninggalkan kenangan.
Hingga suatu hari yang tak terduga, pada tanggal 12 September 2023, Ema dan Edisar dipertemukan kembali di Rumah Inspiratif Arosukapost.
Pertemuan ini sangat mengejutkan Edisar. Ketika Mak Ema memasuki pintu Rumah Inspiratif Arosukapost, dia tidak bisa menyembunyikan perasaan bahagianya.
Ini adalah momen yang begitu berharga dan emosional baginya. Ia mengungkapkan dengan penuh haru, “Ini memang malam yang sangat spesial bagi saya pribadi, di mana malam ini saya dikunjungi oleh masyarakat Aie Tawa, Simpang Tanjuang Nan Ampek Kec Gunung Talang, namun satu di antara mereka adalah sosok seseorang yang pernah mengasuh saya di waktu kecil, dia adalah Mak Ema yang sekarang sudah berusia 69 tahun dan sudah 40 tahun lamanya kami berpisah. Syukur Alhamdulillah ini adalah suatu moment yang paling berkesan bagi saya.”
Setelah perpisahan yang begitu lama, Ema dan Edisar kini memiliki kesempatan untuk berbagi kisah hidup mereka yang penuh warna.
Edisar telah tumbuh menjadi sosok tokoh masyarakat yang dihormati dan bahkan mencalonkan diri sebagai anggota DPRD Kabupaten Solok dari partai PAN dengan nomor urut 2, dalam dapil 1 Kecamatan Gunung Talang & Danau Kembar.
Pertemuan ini adalah bukti bahwa takdir kadang-kadang membawa kita kembali bersama dengan orang-orang yang kita cintai setelah waktu yang panjang.
Ini adalah cerita tentang cinta, persahabatan, dan pengharapan yang selalu hidup dalam hati manusia, bahkan setelah bertahun-tahun berlalu.
Desa Gurun Sikaladi saat itu adalah sebuah desa yang asri dengan keindahan alamnya, bentangan sawah dengan kicauan burung serta kokokan ayam jantan disaat pagi menjelang.
Namun, semua itu harus ditinggalkan oleh Edisar demi meraih mimpinya. Jika waktu itu Edisar kecil bisa mengutarakan isi hatinya, mungkin ia akan berkata, “Kuharus pergi mengambil mimpiku yang jauh disana, dan seandainya aku disini dalam keadaan tidur maka aku akan terus terlelap dalam mimpi-mimpi. Dan sungguh ini membebaniku, dalam lelah mencoba untuk tetap melangkah meninggalkan kampung halamanku dan orang yang kusayangi.”
Tapi itulah kehidupan, di mana manusia harus berbuat untuk suatu perubahan yang lebih baik, karena berdiam diri tidak akan merubah apapun. (Leeyork)