Himalayapost.id – Perdagangan sabu-sabu Afghanistan meningkat saat Taliban menindak keras heroin, kata laporan PBB
Perdagangan sabu-sabu di Afghanistan meningkat pesat saat Taliban menindak keras produksi dan perdagangan heroin.
Laporan tersebut mengatakan bahwa produksi sabu-sabu di Afghanistan mencapai rekor 500 ton pada tahun 2022, naik dari 300 ton pada tahun sebelumnya.
Sabu-sabu adalah bentuk kristal dari metamfetamin, obat sintetis yang sangat adiktif dan berbahaya.
Laporan tersebut juga mengatakan bahwa Taliban telah menghancurkan sekitar 80% ladang opium di Afghanistan, yang merupakan bahan baku untuk membuat heroin.
Opium adalah sumber pendapatan utama bagi Taliban selama bertahun-tahun, tetapi mereka telah berjanji untuk memberantas narkoba sebagai bagian dari komitmen mereka untuk menerapkan hukum Islam yang ketat.
Laporan tersebut mengatakan bahwa tindakan keras Taliban terhadap opium telah menyebabkan penurunan produksi heroin di Afghanistan dari 6.300 ton pada tahun 2021 menjadi 1.300 ton pada tahun 2022.
Namun, laporan tersebut memperingatkan bahwa penurunan ini mungkin bersifat sementara, karena para petani opium mungkin menanam kembali tanaman mereka jika harga opium naik atau jika Taliban mengurangi tekanan mereka.
Laporan tersebut juga mengatakan bahwa Taliban telah meningkatkan upaya mereka untuk menyelundupkan sabu-sabu dan heroin keluar dari Afghanistan melalui rute baru, termasuk melalui Iran, Pakistan, Asia Tengah, dan Afrika.
Laporan tersebut memperkirakan bahwa nilai perdagangan narkoba Afghanistan mencapai sekitar $3 miliar pada tahun 2022, yang setara dengan sekitar 10% dari produk domestik bruto (PDB) negara itu.
Laporan tersebut menyerukan kerjasama internasional yang lebih kuat untuk mengatasi masalah narkoba di Afghanistan dan dampaknya terhadap kesehatan, keamanan, dan pembangunan di kawasan tersebut. (Ly)