Himalayapost.id, Jakarta- Pemerintah memutuskan menaikkan tarif cukai hasil tembakau (CHT) untuk rokok sebesar 10% pada tahun 2023 dan 2024 nanti.
Beberapa dampak yang timbul akibat kenaikan tarif cukai rokok ini disoroti oleh Anggota Komisi XI DPR RI Wartiah, di Senayan, Senin (12/12/22).
“Yang pertama, kenaikan cukai rokok telah konsisten dilakukan, bahkan terjadi kenaikan yang tinggi. Tapi Berdasarkan paparan pada halaman 4 jumlah perokok anak terus meningkat dari 7,2% menjadi 9,1% di 2018,” kata Wartinah.
“Apakah ini mengindikasikan bahwa kenaikan cukai rokok belum efektif dalam menurunkan tingkat prevalensi merokok? Apa saran bauran kebijakan lain pemerintah?” tanyanya.
Poin kedua, Wartiah meminta penjelasan terkait korelasi angka perokok dengan angka kemiskinan seperti yang diterangkan Menkeu. Dalam paparannya, Sri Mulyani sempat menjelaskan bahwa rokok menjadi komponen pengeluaran terbesar nomor dua bagi keluarga miskin.
Wartiah juga menyebut, kenaikan harga cukai rokok berdampak pada harga jual rokok di masyarakat, fenomena tersebut akan meningkatkan bisnis tembakau lintingan yang menurutnya menjadi kontradiksi arah pengendalian rokok.
“Tiga, fenomena tingginya tarif cukai berkorelasi dengan maraknya bisnis tembakau lintingan di daerah-daerah, apakah ini tidak kontradiksi atau berlawanan dengan arah pengendalian rokok,” ujarnya.
“Empat, apa antisipasi yang dilakukan oleh Kementerian Keuangan terhadap dampak kenaikan tarif cukai terhadap para tenaga kerja di sektor tembakau, termasuk para petani tembakau yang saat ini menghadapi kenaikan biaya produksi akibat harga pupuk yang naik,” tambahnya.
Dalam kesempatan yang sama, Wartiah juga meminta Menteri Keuangan Agar juga memperhitungkan para pedagang rokok eceran yang diperkirakan akan terdampak dari adanya kenaikan cukai hasil tembakau.
“Sebagian besar pelaku usaha UKM kategori warung kelontong menjadi pedagang eceran dari rokok, Apa dampak dan antisipasi terhadap tekanan penjualan rokok apabila tarif cukai naik di tengah ancaman melemahnya pelemahan daya beli kelompok menengah ke bawah,” cecarnya lagi.