Himalayapost.id – Seorang menteri Israel menimbulkan kemarahan dunia Islam dengan menyerukan penghapusan bulan Ramadan dan mengecilkan ketegangan di Tepi Barat dan Yerusalem Timur selama bulan suci umat Muslim. Menteri Warisan Budaya Israel, Amichai Eliyahu, mengatakan kepada Radio Angkatan Darat Israel pada Senin (4/3/2024) bahwa bulan Ramadan harus dihilangkan dan ketakutan Israel terhadap bulan tersebut juga harus dihilangkan.
Pernyataan Eliyahu ini dianggap sebagai provokasi dan penghinaan terhadap jutaan Muslim di seluruh dunia yang menjalankan ibadah puasa Ramadan. Pernyataan ini juga dianggap sebagai upaya untuk membenarkan kebijakan Israel yang menindas dan mendiskriminasi warga Palestina, khususnya di Yerusalem Timur dan Masjid Al-Aqsa, yang merupakan tempat suci ketiga bagi umat Islam.
Eliyahu adalah politisi sayap kanan dari partai Otzma Yehudit, yang dipimpin oleh Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben Gvir. Partai ini dikenal sebagai pendukung ideologi Zionis radikal dan ekstremis, yang menolak solusi dua negara dan menginginkan aneksasi seluruh wilayah Palestina oleh Israel. Eliyahu sendiri pernah mengusulkan untuk menjatuhkan bom nuklir di Jalur Gaza pada November tahun lalu, dan sempat diskors dari jabatannya karena pernyataan tersebut.
Pernyataan Eliyahu ini mendapat kecaman keras dari berbagai pihak, baik dari dalam maupun luar Israel. Organisasi Kerjasama Islam (OKI) mengutuk pernyataan Eliyahu sebagai “serangan terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan kebebasan beragama”. OKI juga menyerukan kepada komunitas internasional untuk mengambil tindakan tegas terhadap Israel atas pelanggaran hak asasi manusia dan hukum internasional yang dilakukannya terhadap rakyat Palestina.
Sementara itu, Liga Arab menyebut pernyataan Eliyahu sebagai “bukti nyata dari kebencian dan rasisme yang mendarah daging dalam pemerintahan Israel”. Liga Arab juga mengecam Israel atas kekerasan dan pembatasan yang diberlakukan di Masjid Al-Aqsa selama bulan Ramadan, yang telah menimbulkan korban jiwa dan luka-luka di kalangan warga Palestina.
Di dalam Israel sendiri, pernyataan Eliyahu juga menuai kritik dari sejumlah politisi dan aktivis yang menentang kebijakan Israel terhadap Palestina. Salah satunya adalah anggota parlemen dari partai Meretz, Nitzan Horowitz, yang menyebut pernyataan Eliyahu sebagai “penghinaan terhadap jutaan Muslim di seluruh dunia dan di Israel sendiri”. Horowitz juga menyerukan agar Eliyahu dicopot dari jabatannya sebagai menteri.
Pernyataan Eliyahu ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan antara Israel dan Palestina, yang dipicu oleh perang Israel di Gaza pada Oktober 2023. Perang tersebut menewaskan lebih dari 29.000 orang di Gaza, sebagian besar adalah warga sipil, dan lebih dari 1.200 orang di Israel, sebagian besar adalah tentara. Perang tersebut juga mengakibatkan kerusakan parah di infrastruktur dan fasilitas umum di Gaza, serta meningkatkan krisis kemanusiaan di wilayah tersebut. (Ly)