Himalayapost.id – Kepemimpinan Bupati Tanah Datar, Eka Putra, memang sedang diuji dengan berbagai macam musibah yang melanda wilayah tersebut. Bencana alam yang terjadi di Kabupaten Tanah Datar menjadi perhatian serius, terutama menjelang Pilkada serentak tahun 2024.
Ini menandakan pentingnya kesiapan dan responsivitas pemimpin daerah dalam menghadapi situasi darurat. Kondisi ini dapat dianggap sebagai indikator bagi pemilih dalam mengevaluasi kinerja dan kapabilitas pemimpin mereka saat ini.
Peristiwa galodo di Pasir Laweh, Kecamatan Sungai Tarab, Kabupaten Tanah Datar pada tahun 1979 adalah salah satu bencana alam yang paling memilukan dalam sejarah wilayah tersebut. Sekitar 45 tahun yang lalu, bencana ini mengakibatkan kehilangan nyawa sedikitnya 50 orang warga.
Bencana galodo, yang merupakan aliran lumpur dan material vulkanik yang disebabkan oleh hujan lebat di lereng Gunung Marapi, telah menyebabkan kerusakan besar pada infrastruktur dan pemukiman penduduk2. Ini merupakan peringatan penting bagi generasi saat ini tentang risiko dan pentingnya kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana alam.
Tanah Datar merupakan bagian dari Luak Nan Tuo, yang berarti wilayah tua dalam sejarah Minangkabau, setelah Agam dan 50 Kota.
Wilayah ini, bersama dengan Agam dan 50 Kota, dikenal sebagai Tigo Luhak atau tiga wilayah asal dalam masyarakat Minangkabau.
Tanah Datar dan Agam adalah dua dari tiga wilayah tersebut yang terkenal dengan sebutan Tigo Tungku Sajarangan, yang menggambarkan konsep kepemimpinan yang seimbang dan bijaksana.
Hal itu dikemukakan oleh salah seorang tokoh dan juga pengusaha yang berdomisili di Dharmasraya Eka Syafran.
Berdasarkan informasi yang diberikan Eka Syafran, kawasan di Kabupaten Tanah Datar yang paling terparah akibat bencana alam adalah Rambatan, Nagari Parambahan, Simpang Manunggal, Panti, Nanda Sikek, dan Pasia Laweh.
Menurut Rinul Azmi, yang akrab disapa Ul, di kampung asalnya, yaitu di Nagari Baringin, Jorong Baringin, Kecamatan Limau Kaum, terdapat empat rumah yang mengalami kerusakan berat akibat bencana alam.
Nagari Baringin adalah salah satu nagari yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Limau Kaum, Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat. Kejadian ini menambah daftar panjang kerusakan yang disebabkan oleh bencana alam di wilayah tersebut.
Informasi terakhir dari salah seorang wartawan senior Singgalang yang bertugas di tanah datar Yusnaldi mengatakan sedikitnya sampai hari ini korban meninggal berjumlah sampai hari ini berjumlah 23 orang , korban yang hilang sebanyak 19 orang. Sementara rumah yang hanyut 16 unit, rumah yang rusak 74 unit dan ternak yang hilang mencapai 3.030 ekor.
Tak hanya itu ,kata Yusnaldi ratusan hektar sawah masyarakat luluh lantak akibat banjir bandang yang disertai lahar dingin dari gunung merapi. Ini merupakan ujian bagi setiap kita. Mudah mudahan musibah ini tidak akan terjadi lagi dimasa mendatang ,” tukasnya. (NT)