Himalayapost.id – Operasi militer Israel telah dimulai di Rafah, menyusul penerimaan perjanjian gencatan senjata oleh Hamas yang kemudian ditolak oleh Israel.
Israel menganggap perjanjian tersebut “jauh dari memenuhi tuntutan Israel”. Sebelum operasi ini, Israel telah mendesak sekitar 100.000 warga Palestina untuk meninggalkan bagian timur Rafah.
Pengungsi Palestina di Rafah telah mengungkapkan kekhawatiran mereka terhadap seruan evakuasi ini. Abu Ahmed, salah satu pengungsi, menyatakan ketidakpercayaannya terhadap perintah evakuasi tersebut, dengan alasan bahwa Rafah dianggap sebagai daerah yang paling aman bagi dirinya dan keluarganya.
“Hari ini, mereka menyuruh kami keluar dari Rafah. Ke mana orang-orang akan pergi? Haruskah mereka pergi ke laut? Ke mana orang-orang akan pergi setelah mereka memberi tahu kami bahwa ini adalah daerah yang aman,” ujar Abu Ahmed.
Situasi ini menimbulkan pertanyaan besar tentang keamanan dan masa depan warga Palestina yang sudah terlalu sering menghadapi ketidakpastian dan konflik.
Komunitas internasional telah menanggapi dengan keprihatinan yang mendalam, menyerukan perlindungan bagi warga sipil dan penyelesaian konflik yang adil dan berkelanjutan. (Ly)