Himalayapost.id – Havana, 15 Juni 2024, Ketegangan geopolitik antara Rusia dan Amerika Serikat meningkat setelah kedua negara mengirim kapal selam nuklir mereka ke perairan Kuba dalam waktu dua hari berturut-turut.
Kapal selam bertenaga nuklir Amerika Serikat, USS Helena, tiba di Teluk Guantanamo pada Kamis (13/6/2024), sehari setelah kapal selam nuklir Rusia, Kazan, berlabuh di Havana.
“Kapal selam serangan cepat USS Helena berada di Teluk Guantanamo, Kuba sebagai bagian dari kunjungan pelabuhan rutin,” kata Komando Selatan AS dalam sebuah postingan di media sosial. Mereka menambahkan bahwa lokasi dan transit kapal telah direncanakan sebelumnya.
Kedatangan USS Helena terjadi setelah kapal selam nuklir Rusia, Kazan, tiba di ibu kota Kuba pada hari Rabu. Kapal Kazan didampingi oleh kapal fregat Laksamana Gorshkov, sebuah kapal tanker minyak, dan kapal tug penyelamat.
Otoritas Kuba menegaskan bahwa kapal selam nuklir Rusia tersebut tidak membawa senjata nuklir, meskipun keberadaannya tetap menimbulkan kekhawatiran internasional.
Kehadiran kapal selam nuklir Rusia dan AS di perairan Kuba memicu reaksi beragam dari komunitas internasional. Banyak yang melihat tindakan ini sebagai demonstrasi kekuatan militer oleh kedua negara, yang dapat memperburuk ketegangan yang sudah ada di kawasan tersebut.
“Ini adalah perkembangan yang sangat mengkhawatirkan. Kehadiran kapal selam nuklir dari dua kekuatan besar di kawasan yang sudah sensitif dapat memicu ketegangan lebih lanjut,” ujar seorang analis keamanan internasional.
Pemerintah AS dan Rusia belum memberikan pernyataan resmi terkait tujuan spesifik dari kehadiran kapal selam nuklir mereka di Kuba. Namun, para ahli berspekulasi bahwa langkah ini merupakan bagian dari strategi geopolitik yang lebih luas dari kedua negara.
“Kehadiran kapal selam nuklir ini bukan hanya tentang menunjukkan kekuatan militer, tetapi juga tentang mengirim pesan politik kepada dunia,” kata seorang pakar hubungan internasional.
Otoritas Kuba, di sisi lain, menegaskan bahwa kunjungan kapal selam tersebut adalah bagian dari kerjasama maritim yang sudah direncanakan dan tidak membawa ancaman langsung kepada negara manapun.
“Kami menerima kunjungan kapal selam ini sebagai bagian dari latihan maritim rutin dan tidak ada senjata nuklir yang terlibat,” kata seorang pejabat tinggi Kuba.
Kehadiran kapal selam nuklir di perairan Kuba menambah daftar panjang ketegangan antara Rusia dan AS, yang telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Para pengamat internasional memperingatkan bahwa situasi ini dapat membawa dampak negatif terhadap stabilitas regional dan memicu eskalasi konflik di masa depan.
Kedepannya, komunitas internasional akan terus mengamati perkembangan situasi ini dengan cermat, berharap bahwa langkah-langkah yang diambil oleh Rusia dan AS tidak akan mengarah pada konflik yang lebih besar.
Di tengah situasi yang tegang ini, dialog dan diplomasi tetap menjadi harapan utama untuk menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan Teluk Guantanamo dan sekitarnya. (end)