Himalayapost.id – Rusia mengeluarkan pernyataan mengejutkan bahwa mereka memiliki kemungkinan untuk mengakhiri perang di Ukraina dengan menggunakan senjata paling mutakhir yang dimiliki oleh negara itu. Bahkan, Rusia mengancam akan meratakan bagian tanah Eropa jika negara-negara Barat terus mendukung Ukraina.
Pernyataan tersebut disampaikan oleh juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, dalam konferensi pers pada hari Sabtu (12/8/2023).
Zakharova mengatakan bahwa Rusia tidak akan tinggal diam jika Ukraina terus melakukan provokasi dan melanggar kesepakatan gencatan senjata yang ditandatangani pada tahun 2015.
“Kami memiliki senjata yang mampu menghentikan perang ini dalam waktu singkat. Kami tidak ingin menggunakan senjata tersebut, tetapi kami akan terpaksa melakukannya jika situasi semakin memburuk,” kata Zakharova.
Zakharova juga menuding bahwa negara-negara Barat, terutama Amerika Serikat dan NATO, telah memberikan bantuan militer dan politik kepada Ukraina.
Ia mengatakan bahwa hal ini merupakan campur tangan dalam urusan dalam negeri Rusia dan pelanggaran terhadap hukum internasional.
“Kami memperingatkan negara-negara Barat untuk tidak mencoba menguji kesabaran kami. Jika mereka terus mendukung Ukraina, kami tidak akan segan-segan untuk menggunakan kekuatan militer kami untuk meratakan bagian tanah Eropa. Kami tidak ingin perang, tetapi kami siap untuk mempertahankan kedaulatan dan keamanan kami,” tegas Zakharova.
Pernyataan Zakharova ini mendapat reaksi keras dari pihak Ukraina dan negara-negara Barat. Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, mengutuk pernyataan tersebut sebagai ancaman yang tidak dapat diterima dan provokasi yang berbahaya.
Ia juga menegaskan bahwa Ukraina tidak akan menyerah kepada tekanan Rusia dan akan terus berjuang untuk kemerdekaan dan integritas wilayahnya.
“Kami tidak takut dengan ancaman Rusia. Kami telah membuktikan bahwa kami dapat melawan agresi Rusia dengan keberanian dan patriotisme. Kami tidak akan membiarkan Rusia menghancurkan negara kami dan rakyat kami. Kami akan terus mendapatkan dukungan dari komunitas internasional yang menghargai nilai-nilai demokrasi dan hak asasi manusia,” ujar Zelensky.
Sementara itu, juru bicara Gedung Putih, Jen Psaki, menyebut pernyataan Zakharova sebagai retorika yang tidak bertanggung jawab dan eskalasi yang tidak perlu. Ia juga menegaskan bahwa Amerika Serikat akan terus mendukung Ukraina sebagai mitra strategis dan sekutu penting di Eropa.
“Kami sangat prihatin dengan pernyataan Rusia yang mengancam perdamaian dan stabilitas di kawasan ini. Kami mendesak Rusia untuk menghentikan provokasi dan retorika mereka yang memicu ketegangan.
Kami juga mengingatkan Rusia bahwa mereka harus mematuhi kesepakatan gencatan senjata yang telah disepakati bersama.
Kami akan terus memberikan bantuan kepada Ukraina untuk meningkatkan kemampuan pertahanan dan keamanan mereka,” kata Psaki.
Perang di Ukraina telah berlangsung sejak tahun 2014, ketika Rusia mencaplok wilayah Krimea dari Ukraina dan mendukung pemberontakan separatis di wilayah Donbass, timur Ukraina.
Perang ini telah menewaskan lebih dari 13 ribu orang dan mengungsikan jutaan orang lainnya.
Pada tahun 2015, kedua belah pihak menandatangani kesepakatan damai yang dikenal sebagai Paket Tindakan Minsk II, yang mencakup gencatan senjata, penarikan senjata berat, pertukaran tahanan, pemulihan kendali perbatasan, dan pemilihan lokal di wilayah konflik.
Namun, kesepakatan ini belum sepenuhnya diimplementasikan karena adanya pelanggaran dan ketidakpercayaan dari kedua belah pihak.