Himalayapost.com – Rusia mengeluarkan ancaman keras terhadap NATO, yang sedang melakukan operasi militer besar-besaran di Eropa, yang melibatkan lebih dari 100.000 personel dari 27 negara anggota dan mitra. Operasi ini bernama Defender Europe 2024, dan bertujuan untuk meningkatkan kesiapan dan kemampuan NATO untuk merespons berbagai ancaman, termasuk dari Rusia.
Operasi ini dimulai pada 1 Februari 2024, dan akan berlangsung hingga akhir Mei 2024. Operasi ini mencakup berbagai latihan, seperti penerjunan udara, manuver darat, pertempuran perkotaan, dan pertahanan udara. Operasi ini juga melibatkan pengiriman pasukan dan peralatan dari Amerika Serikat ke Eropa melalui laut dan udara.
Rusia, yang sedang berperang dengan Ukraina sejak tahun 2022, mengecam operasi NATO ini sebagai provokasi dan ancaman bagi keamanan regional. Rusia juga mengatakan bahwa operasi ini menunjukkan niat agresif NATO untuk mengembangkan kehadiran militernya di dekat perbatasan Rusia.
Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu, mengatakan bahwa Rusia akan mengambil langkah-langkah untuk melindungi kepentingan nasionalnya dan menanggapi setiap tindakan yang mengancam kedaulatan dan integritas teritorialnya. Shoigu juga mengatakan bahwa Rusia telah meningkatkan kesiagaan dan kemampuan pasukan nuklirnya, dan siap untuk menggunakan senjata nuklir jika perlu.
NATO, di sisi lain, menegaskan bahwa operasi ini bukan ditujukan untuk menyerang atau mengintimidasi Rusia, melainkan untuk menunjukkan solidaritas dan komitmen antara sekutu-sekutu NATO. NATO juga mengatakan bahwa operasi ini sesuai dengan perjanjian internasional dan norma-norma yang berlaku, dan tidak melanggar kedaulatan negara mana pun.
Operasi ini menjadi salah satu operasi militer terbesar yang dilakukan oleh NATO sejak Perang Dingin, dan menunjukkan ketegangan yang meningkat antara NATO dan Rusia di Eropa. Operasi ini juga menjadi tantangan bagi Presiden AS Joe Biden, yang berusaha untuk memperbaiki hubungan dengan sekutu-sekutunya di Eropa, sekaligus menangani ancaman dari Rusia. (Ly)