Pulau Punjung, Himalayapost.id – Saluran primer irigasi sungai Batanghari,yang diperuntukan untuk mengaliri sawah masyarakat setempat yang berlokasi di Nagari Sitiung berbatasan langsung dengan Nagari Gunung Medan , Kecamatan Sitiung, Kabupaten Dharmasraya, Provinsi Sumatera Barat disulap menjadi objek wisata milik pribadi.
Dari hasil investigasi dilapangan tim wartawan media ini beberapa hari yang lalu, terlihat dengan mata telanjang fasilitas negara, milik kementerian PU PR itu, diduga dikomersilkan oleh pihak BWSS V Provinsi Sumbar kepada salah seorang oknum cukong, sebagai pihak ke tiga untuk dijadikan objek wisata di negeri yang berjulukan petro dolar itu.
Selain itu, oknum pihak ketiga pemilik dari objek wisata yang diberi nama Alinia Farm & Park juga terlihat sudah menanam pohon di pinggir saluran irigasi primer. Sepertinya pihak balai wilayah sungai sumatera V terkesan membiarkan, tanpa ada teguran.
Disisi lain Anto 57 tahun warga setempat juga menyayangkan hal tersebut terjadi. Sebab, menurut sepengetahuannya bahwa dipinggir saluran induk itu tidak boleh ditanami pohon pelindung, yang mana nantinya akar dari pohon itu dapat merusak dinding saluran primer. Makanya ,pada bagian pinggir itu ditanami rumput artinya supaya tanah tidak longsor dan akarnya pun tidak membahayakan bagi saluran irigasi primer itu,” terangnya
Tak hanya itu, kata Junaedi 60 tahun salah seorang pengunjung dari kecamatan Timpeh, pernyataannya juga sama bak seperti gayung bersambut. Kata dia jalan irigasi diatas saluran primer juga sudah banyak yang berlubang, tanpa ada perbaikannya sampai sekarang. Terlebih lagi di saat cuaca extrim seperti sekarang ini, masyarakat sangat khawatir saluran primer itu jebol. Lantaran mobil pengunjung objek wisata yang sering kali keluar masuk melewati pinggir saluran yang merupakan saluran induk dari irigasi Sungai Batanghari,” cetusnya.
Ditambahkan Junaedi ,jika persoalan tidak cepat ditanggapi oleh BWSS V Provinsi Sumbar, di khawatirkan akan berdampak terhadap kehidupan terutama bagi petani yang berada dikawasan tersebut. Selain itu, juga akan mengundang bencana alam terhadap saluran primer, yang dilarenakan dinding penahan tanah tak mampu lagi menahan beban. Sementara, dalam hal ini pemerintahan daerah dan nagari terkesan tutup mata,” tukasnya. (Tim)