Himalayapost.id – Serangan udara Israel di Gaza bagian selatan pada Kamis (29/2/2024) menewaskan sedikitnya 104 warga Palestina dan melukai 760 lainnya, menurut media pemerintah setempat. Serangan tersebut menargetkan sekelompok warga Palestina yang sedang menunggu bantuan kemanusiaan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Saksi mata mengatakan bahwa pesawat-pesawat Israel melepaskan bom-bom dan roket-roket ke arah kerumunan warga Palestina yang tidak bersenjata. Ledakan-ledakan yang dahsyat menghancurkan rumah-rumah, kendaraan, dan fasilitas publik di sekitar lokasi serangan. Korban-korban yang selamat berusaha menyelamatkan diri dan mencari perlindungan di bawah puing-puing.
“Kami tidak punya tempat untuk berlindung. Kami hanya bisa berdoa dan berharap Allah melindungi kami,” kata seorang warga Palestina yang mengalami luka bakar di wajahnya.
Serangan Israel ini merupakan yang terparah sejak pecahnya perang antara Israel dan Hamas, gerakan perlawanan Palestina yang menguasai Gaza, pada Oktober 2023. Perang tersebut telah menewaskan lebih dari 28.000 warga Palestina dan 1.457 tentara Israel, serta menghancurkan sebagian besar infrastruktur di Gaza.
Israel membantah bahwa serangan mereka menyebabkan kematian warga Palestina. Juru bicara militer Israel mengatakan bahwa serangan tersebut ditujukan untuk menghentikan peluncuran roket-roket oleh Hamas dari Gaza ke wilayah Israel. Ia juga mengklaim bahwa warga Palestina yang tewas adalah akibat dari berdesak-desakannya sendiri.
“Kami tidak bertanggung jawab atas kematian sipil di Gaza. Kami melakukan segala upaya untuk menghindari korban sipil. Kami menyalahkan Hamas yang menggunakan warga sipil sebagai tameng manusia dan menyimpan senjata di dekat tempat-tempat yang padat penduduk,” kata juru bicara tersebut.
PBB mengutuk serangan Israel dan mendesak agar dihentikan segala bentuk kekerasan di wilayah konflik. Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan bahwa serangan Israel melanggar hukum internasional dan hak asasi manusia. Ia juga menyerukan agar dilakukan penyelidikan independen atas insiden tersebut.
“Kami sangat prihatin dengan eskalasi kekerasan di Gaza dan Israel. Kami menyeru semua pihak untuk menghormati gencatan senjata yang disepakati pada November 2023 dan kembali ke meja perundingan. Kami juga mendesak agar diberikan akses kemanusiaan yang tidak terhalang ke Gaza untuk memberikan bantuan yang dibutuhkan oleh warga Palestina yang menderita,” kata Guterres. (Ly)