Himalayapost.id – Pada tanggal 14 April 2024, dunia dikejutkan oleh serangan besar-besaran Iran ke Israel, yang melibatkan lebih dari 300 drone dan rudal. Serangan ini, yang merupakan yang pertama kali dilakukan langsung dari tanah Iran ke Israel, mengubah dinamika konflik yang telah berlangsung lama antara kedua negara.
Serangan tersebut berlangsung selama sekitar lima jam, menciptakan ketegangan tambahan di kawasan Timur Tengah yang sudah rawan konflik. Iran mengklaim bahwa serangan tersebut merupakan balasan atas serangan Israel yang sebelumnya memusnahkan konsulat Iran di Damaskus, Suriah.
Meskipun Iran meluncurkan lebih dari 100 rudal balistik, hampir semua drone dan rudal yang ditujukan ke Israel berhasil dihancurkan oleh sistem pertahanan udara Israel. Presiden AS, Joe Biden, memberitahu Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, bahwa Israel sebaiknya memandang serangan tersebut sebagai kemenangan, karena sebagian besar serangan Iran tidak berhasil dan menunjukkan keunggulan militer Israel.
Meskipun tidak ada laporan tentang korban jiwa langsung akibat serangan Iran, seorang gadis berusia 7 tahun mengalami luka parah akibat serpihan rudal anti-pesawat, dan 31 orang lainnya mengalami luka ringan atau serangan panik.
Pemimpin G7 dijadwalkan untuk bertemu untuk mengoordinasikan respons diplomatik bersama terhadap serangan Iran. Beberapa negara, termasuk Kanada dan Portugal, telah mengutuk serangan tersebut. Namun, AS telah menyatakan bahwa mereka tidak akan berpartisipasi dalam operasi ofensif terhadap Iran.
Serangan ini telah meningkatkan ketegangan di Timur Tengah yang sudah tegang, sementara Israel dan Iran tetap dalam posisi siaga tinggi. Dunia internasional terus memantau perkembangan situasi ini dengan cermat, menyadari eskalasi konflik yang mungkin terjadi antara kedua negara. (Ly)