Himalayapost.id – Pada musim pendakian tahun 2024, Gunung Everest menyaksikan sejumlah rekor terpecahkan, tetapi juga meninggalkan duka yang mendalam.
Lebih dari 600 pendaki dan pemandu berhasil mencapai puncak Himalaya setinggi 8.849 meter. Meskipun jumlah pasti masih harus diverifikasi, musim ini mencatat delapan kematian.
Di antara korban adalah dua pendaki dari Mongolia, serta masing-masing satu dari Kenya, India, dan Nepal. Selain itu, tiga orang—seorang pendaki Inggris dan dua pemandu Nepal—masih hilang dan diperkirakan meninggal.
Rekor-rekor yang terpecahkan tahun ini termasuk pendakian Phunjo Lama dari Nepal yang hanya membutuhkan waktu 14 jam 31 menit, menjadi pendakian tercepat oleh seorang wanita di puncak gunung ini. Biasanya, pendaki memerlukan berhari-hari untuk mencapai puncak.
Kami Rita Sherpa, yang dikenal sebagai “Everest Man,” mencapai puncak untuk ke-30 kalinya, tiga dekade setelah pendakian pertamanya.
Purnima Shrestha, pendaki Nepal, bahkan mencatat tiga kali pendakian ke puncak dalam satu musim, menjadi rekor tertinggi bagi seorang wanita.
Kenton Cool dari Britania Raya juga memperpanjang rekor non-Nepalnya dengan pendakian ke-18 kalinya. Sementara itu, pendaki Polandia Piotr Jerzy Krzyzowski menjadi orang pertama yang mencapai puncak Lhotse dan Everest tanpa menggunakan oksigen tambahan.
Meskipun banyak kesuksesan, musim ini juga menimbulkan risiko lebih tinggi karena celah yang lebih lebar dan kemungkinan longsor batu akibat musim dingin yang kering.
Nepal, sebagai rumah bagi delapan dari sepuluh puncak tertinggi di dunia, selalu menyambut ratusan petualang setiap musim semi. Semoga peristiwa ini membawa pemahaman lebih lanjut tentang keberanian dan ketahanan manusia di hadapan alam yang mengagumkan dan menantang. (end)