Himalayapost.id – Ukraina menghadapi situasi yang semakin sulit dalam menghadapi agresi Rusia di perbatasan timurnya. Pasokan senjata dan bantuan militer dari negara-negara Barat mulai terbatas, sementara Rusia belum menunjukkan tanda-tanda akan menghentikan serangan-serangannya.
Rusia juga telah menguasai sebagian besar wilayah Donbass dan Krimea, yang merupakan daerah berpenduduk mayoritas etnis Rusia di Ukraina.
Ukraina berharap dapat mendapatkan dukungan lebih banyak dari negara-negara NATO dan Uni Eropa, yang telah mengutuk invasi Rusia dan memberlakukan sanksi-sanksi ekonomi terhadap Moskow.
Namun, beberapa negara anggota NATO, seperti Jerman dan Prancis, enggan untuk memberikan bantuan militer langsung kepada Ukraina, karena khawatir akan memicu eskalasi konflik.
Rusia sendiri mengklaim bahwa tindakannya adalah untuk melindungi hak-hak dan keamanan warga etnis Rusia di Ukraina, yang menurutnya terancam oleh pemerintah Kiev yang pro-Barat.
Rusia juga menuntut agar Ukraina tetap netral dan tidak bergabung dengan NATO atau Uni Eropa.
Konflik antara Rusia dan Ukraina memiliki akar sejarah yang panjang, yang bermula dari zaman Kievan Rus, sebuah negara adidaya pada abad pertengahan yang meliputi sebagian besar Eropa Timur.
Sejak saat itu, kedua negara memiliki perbedaan budaya, politik, dan ekonomi yang signifikan.